Jumat, 03 Maret 2017

Saat di demokan terlihat paling licin tapi banyak yang mesinnya rusak gara gara oli ini

Ini bukti bahwa yang namanya oli itu tidak cuma butuh bisa licin saja.

Olinya adalah oli JTX.

Oli ini didemonstrasikan menggunakan one arm bandit. Ditunjukkan bahwa oli JTX itu jauh lebih licin daripada oli oli terkenal. Berikut contoh contoh videonya:









Kalau melihat video seperti itu, kesannya oli JTX itu paling licin, paling bagus untuk mesin. Namun ternyata oli ini terbukti tidak melindungi mesin. Ada banyak orang yang mesinnya rusak setelah beberapa ribu km pakai oli ini. Saking jengkelnya, sampai ada page facebok khusus anti oli JTX:
FaceBook – Anti JTX & Penipuan



Contoh videonya:


Contoh foto fotonya:


Penyebab rusaknya mesin bisa jadi karena oli JTX hanya mengandung aditif extreme pressure saja, sementara itu perlindungan oli yang lebih utama adalah dari film strength. Kemudian untuk membuat oli awet, perlu ada sifat anti oksidasi dan daya pelarut / pembersih.

Aditif extreme pressure itu bekerja hanya pada saat oli tidak melapisi kedua permukaan logam yang saling bersinggungan. Dengan sifat polarnya aditif extreme pressure akan menempel pada permukaan logam. Saat logam langsung bersinggungan tanpa adanya oli, akan timbul panas dari gesekan yang dihasilkan. Panas akan membuat aditif extreme pressure bereaksi dengan logam dan membentuk lapisan pelicin sehingga logam jadi tidak langsung bersentuhan.

Oleh karena itu penambahan aditif aftermarket biasanya butuh waktu 30 menitan baru mulai bekerja. Menunggu mesin panas dan dijalankan beberapa waktu baru terasa efeknya.

Link: Aditif oli semacam Lupromax atau nano energizer itu berguna, tapi tetap ada resiko bila dipakai berlebihan

Ini beda dengan aditif yang menambahkan film strengthnya oli, seperti misalnya menambahkan minyak goreng atau pakai modif pro capacitor, dimana efeknya bisa langsung dirasakan.

Sifat aditif extreme pressure yang menempel pada logam ini membuat aditif lain jadi tidak bekerja dengan sempurna. Terutama aditif anti korosi dan aditif pembersih. Ini menyebabkan permukaan logam jadi lebih mudah korosi dan mesin mudah berkerak. Ini sebabnya mengapa walau oli ATF itu mengandung banyak aditif extreme pressure tapi dilarang dipakai sebagai oli mesin.

Link: Mengupas efek menambah oli HDEO dengan oli ATF dari sisi pabrik oli menunjukkan beberapa kekurangan oli ATF sebagai oli mesin

Kalau oli sudah rusak, maka perlindungan menjadi bergantung pada aditif extreme pressure saja. Sementara itu aditif extreme pressure ini sifatnya konsumtif, kalau sudah terpakai ya habis tidak punya efek lagi. Jadi saat oli sudah rusak, aditif extreme pressure akan cepat habis dan bila sudah habis, maka mesin tidak lagi terlindungi.


Penulis sendiri untuk perlindungan mesin lebih mengutamakan film strength. Dengan film strength yang bagus, oli bisa lebih awet, suara mesin lebih halus, dan tarikan mesin pun lebih enteng karena hambatan lebih sedikit. Ciri aditif nya adalah efek terasa spontan, tidak harus menunggu mesin langsung jadi halus. Pabrik oli biasanya menggunakan MoDTC, atau MoDTP. Sementara itu yang di pasaran biasanya adalah MoS2 atau WS2 yang merupakan aditif extreme pressure. Untuk alternatifnya, minyak nabati diketahui punya film strength lebih baik. Oleh karena itu penulis mencoba menggunakan minyak goreng sebagai aditif. Ini terbukti sangat membantu meningkatkan performa mesin. Banyak yang lain yang juga merasakan efek positif yang sama:

Link: Testimoni dari yang pakai minyak goreng sebagai aditif oli mesin sangat positif

Karena sudah terbukti membuat mesin lebih halus, di rpm tinggi mesin tetap halus, setelah dipakai kencang suara mesin tetap halus, suara mesin jadi paling halus, maka penulis sekarang mempergunakan minyak goreng sebagai aditif (10% total) dan juga pro capacitor dan cemenite, baik untuk mobil dan motor.

Soal efek perlindungan mesin bisa dibaca di artikel berikut:

Link: Mengenal dasar pelumasan, ada saat dimana perlindungan tidak ditentukan oleh anti wear

2 komentar :

  1. maaf nih mau mengkoreksi. yang bersifat polar dan nempel di permukaan logam itu additif Friction Modifier yang biasanya pake Molybdenum. sedangkan Extreme Pressure (EP) itu pakenya ZDDP dan hanya aktif ketika udah ga ada lagi lapisan apapun (bahkan F/M pun ga ada) diantara permukaan logam yang saling bertekanan, ditambah suhu sangat tinggi, membentuk lapisan kaca untuk mencegah kedua metal saling melukai.

    jangan kebolak balik mana F/M mana EP. ntar bingung yang lain. hehe

    BalasHapus
    Balasan
    1. Terima kasih koreksinya. Iya EP harusnya singkatan dari Extreme Pressure. Setahu saya di dunia bisnis, aditif extreme protection masuk kategori friction modifier juga. Tapi pengkategorian itu macam macam / rancu.

      Soal EP mungkin saya yang salah baca. Sumbernya dari:
      https://books.google.co.id/books?id=J_AkNu-Y1wQC&pg=PA514&lpg=PA514

      Kutipannya:
      https://kupasmotor.files.wordpress.com/2017/03/penjelasan-tentang-aditif-extreme-protection-dari-buku-fuels-and-lubricants.jpg

      Film forming agent dikatakan very polar functional group. Di buku ini molybdenum disulfide dikategorikan sebagai aditif extreme protection.

      Buku berikut mengkategorikan MOS2 sebagai friction modifier.
      https://books.google.co.id/books?id=wvcbDAAAQBAJ&pg=PT787&lpg=PT787

      Penjelasan tentang cara kerja aditif MOS2 menurut liquimoly menunjukkan aditif yang bekerja saat dua permukaan logam bersinggungan langsung:
      http://www.liqui-moly.com/liquimoly/web.nsf/id/pa_en_domb8bakrw.html

      Hapus